Mantan eksekutif Korean Air Heather Cho atau Cho Hyun-ah ditahan karena menyebabkan keterlambatan pesawat setelah mempermasalahkan penyajian kacang.
Dalam sebuah tayangan televisi memperlihatkan Cho Hyun-ah terlihat terus menundukan kepala ketika dibawa pergi, setelah pengadilan mengeluarkan surat perintah penangkapan atas dirinya.
Ketika ditanya oleh wartawan untuk berkomentar, dia hanya berkata: "Saya minta maaf."
Cho, putri kepala eksekutif Korean Air, ditahan karena melanggar undang-undang keselamatan penerbangan dan menghambat tugas-tugas kru.
Dia memerintahkan pesawat untuk kembali ke landasan pacu di New York setelah kacang disajikan dalam paket kecil, bukan di atas piring.
Dia membantah telah menyerang secara fisik kepala pramugari, Park Chang-jin, yang mengatakan bahwa ia membuatnya berlutut dan memohon ampun sebelum ia menusuknya dengan sebuah map.
Cho telah meminta maaf dan mengundurkan diri sebagai pimpinan eksekutif Korean Air.
Ayahnya, yang merupakan pimpinan Korean Air, Cho Yang-Ho, telah meminta maaf atas "tindakan bodoh"putrinya.
Kasus itu juga menyeret, eksekutif maskapai lain ikut ditangkap, karena dituding menghancurkan bukti yang berkaitan dengan kasus tersebut.
Setelah insiden tersebut, kementerian transportasi Korea Selatan mengatakan bahwa mereka akan mengambil tindakan disipliner terhadap maskapai itu bulan ini.
Korean Air bisa dihadapkan pada larangan terbang atau denda, kata kementerian itu.
Penyelidikan pemerintah menemukan bahwa Cho menjerit dan berteriak melecehkan pramugari setelah mendapat sajian kacang dalam paket kecil. Cho juga memecat pramugari saat itu juga.
Kemudian dia memerintahkan pesawat untuk kembali ke terminal di bandara JFK New York untuk menurunkan pramugari.
Insiden ini membuat penerbangan ke Seoul ditunda.
Cho juga mengatakan putrinya akan mundur dari semua jabatannya di sejumlah perusahaan Cho yang dimiliki oleh keluarga Hanjin Group, termasuk Korean Air.
Hanjin Group adalah salah satu keluarga konglomerat atas di Korea Selatan, yang disebut Chaebol.
Para wartawan mengatakan insiden itu telah memicu perdebatan di Korea Selatan tentang apakah sejumlah perusahaan keluarga besar negara terlalu didominasi anak-anak para pemilik.