Tidak berlebihan apabila Cilacap dijuluki sebagai 'Kota Bahari' mengingat letaknya yang berada di pesisir pantai selatan Pulau Jawa. Sejalan dengan predikat tersebut, banyak kegiatan produksi dan ekonomi masyarakat yang bergantung pada laut.
Sirmanto, contohnya. Pria 54 tahun ini telah bekerja membuat perahu penangkap ikan selama 32 tahun di area pelabuhan ikan Cilacap.
Setiap tahun, perusahaan tempatnya bekerja bisa membuat empat buah kapal penangkap ikan berkapasitas 100 sampai 150 ton berukuran sekitar 30 meter x 7 meter. Setiap kapal dikerjakan oleh sekitar 15 orang selama enam bulan. Kapal penangkap ikan ini dibuat khusus untuk menangkap ikan tuna di Laut Selatan.
Berbeda dengan kapal Phinisi dari Makassar, kapal-kapal ikan yang dibuat oleh Sirmanto mengikuti model kapal nelayan keturunan Cina Bagan.
"Ada kemiripan, hanya kapal-kapal ini mengikuti model kapal nelayan Cina Bagan. Di sini kalau kapal kapal Cina haluannya agak rendah. Kalau Phinisi kan lancip-lancip depannya dan tinggi-tinggi. Kalau ini kan tidak," tutur Sirmanto.
Tidak seperti kapal jaman dulu yang hanya dilapisi dempul dan palka, kapal-kapal masa kini diperkokoh dengan lapisan serat kaca sehingga lebih aman dan tahan lama.
"Kalau menggunakan kayu meranti kekuatannya sampai 10 tahun. Kalau dengan kayu bengkirai atau kayu damar laut bisa sampai 20 atau 30 tahun. Tapi dengan dilapis fiber seperti ini, bisa kuat dipakai sampai 30 atau 40 tahun."
Batik bahari
Laut dan pantai juga menjadi inspirasi untuk ibu Henny Herawati Sodikin.
Pengrajin batik berusia 50 tahun itu banyak menggunakan motif-motif bertema bahari seperti mangrove, ikan pari, pesisir teluk penyu dan pesisir parang Wijayakusuma selain motif bertema lokal seperti mendoan cigitan dari Banyumas.
"Inspirasi untuk membuat motif mangrove saya dapatkan ketika saya melatih nelayan di Kecamatan Kutowaru, Cilacap Tengah. Mereka adalah nelayan apung yang tempat melaut mereka kerap dilewati oleh kapal-kapal besar pengangkut minyak dan semen sehingga penghasilan mereka berkurang. Para istri dilatih membuat batik tulis dan para suami dilatih di batik cap. Karena di situ banyak pohon mangrove sehingga saya ciptakan motif mangrove," jelasnya.
Pada 2011, Henny terlibat dalam program pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika, Nusakambangan, dengan melatih para narapidana membatik.
"Waktu itu saya kesulitan mendapatkan tenaga kerja dan kebetulan di lapas mereka perlu kegiatan dan ketrampilan. Gagasan itu disambut oleh kepala Lapas. Kita latih para narapidana dan langsung kita produksi. Alhamdulillah kita mendapat pesanan dari Kementerian Hukum dan HAM untuk seragam dalam jumlah banyak dan sampai bisa ikut pameran Inacraft."
Kebanyakan Batik yang dihasilkan di Lapas merupakan batik cap. Namun ada juga yang dilatih membuat batik tulis dan batik jumputan karena ada beberapa warga binaan berbakat membuat batik jumputan dan batik tulis.
Ada hubungan saling ketergantungan dan saling menguntungkan antara Henny dan anak asuhnya. Henny memerlukan anak buah dan para narapidana membutuhkan kegiatan. Namun mereka lebih suka mendapatkan sebagian upah dalam bentuk makanan.
"Mereka sangat senang kalau dibawakan ikan asin, kerupuk, sambal, telor asin. Makanan itu bisa disimpan sehingga mereka lebih suka dalam bentuk makanan."
Henny memgaku memperlakukan mereka seperti anaknya sendiri. Sering sebelum berkunjung, anak binaannya memesan makanan khusus kesukaan mereka.
"Mereka seperti anak saya. Mereka perlu diberi kasih sayang. Mereka karena satu hal masuk ke situ. Sedangkan masih banyak orang jahat yang ada di luar sana. Mereka kita sapa, kita ajak bicara dengan kasih dan cinta. Alhamdulillah mereka tidak sejahat seperti yang dibayangkan orang luar. Mereka mungkin salah. Namun mereka juga punya banyak sisi baik," tutur Henny.
Makanan laut
Karena Cilacap merupakan 'Kota Bahari, semua makanan khasnya pun didominasi produk olahan laut seperti berbagai jenis ikan asin, cumi kering dan petis. Selain dijual di toko oleh-oleh, olahan hasil laut ini juga dijajakan oleh pedagang dengan gerobak dorong.
Pak Pamijo, 63 tahun, adalah salah satu pengusaha pembuat ikan asin di Cilacap sejak 30 tahun lalu. Pasokan ikan biasanya dibelinya di tempat pelelangan ikan yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Ikan-lkan itu, menurutnya, adalah hasil tangkapan dari sekitar Laut Selatan.
Proses pembuatan ikan asin ini relatif lama. Ikan direndam dalam air garam selama sebulan. Setelah itu dibilas dan dijemur selama dua hari.
Menurutnya, usaha ini sangat bergantung pada cuaca dan musim. "Tergantung cuacanya. Kalau sedang banyak bisa sampai dua ton, tiga ton. Kalau sedikit, hanya dua atau tiga kwintal. Tergantung dari tangkapan nelayan."
Anda sedang membaca artikel tentang
Menjaring untung dari perairan Cilacap
Dengan url
http://majalahviaonline.blogspot.com/2015/03/menjaring-untung-dari-perairan-cilacap.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Menjaring untung dari perairan Cilacap
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Menjaring untung dari perairan Cilacap
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar