Awal tahun 2015, seorang bayi laki-laki lahir di Hungaria – bayi tahun baru pertama untuk negara tersebut. Namun keluarganya yang merupakan orang Roma, atau Gipsi seperti mereka biasa dikenal,tiba-tiba menjadi pembicaraan masyarakat untuk perdebatan mengenai rasisme.
Rikardo Racz lahir satu menit setelah tengah malam, lima minggu lalu, dan menjadi bayi pertama yang lahir di Hungaria pada tahun ini. Media lokal dan nasional meliput kelahirannya dan foto Peter serta istrinya Sylvia menggendong Rikardo menjadi halaman utama.
Lalu Elod Novak, wakil ketua partai sayap kanan Jobbik, mengunggah foto Rikardo tersebut pada laman Facebook. Di samping foto Rikardo, Novak menyertakan foto dirinya, istri serta ketiga anak mereka.
Lalu Novak menulis, 'Jumlah orang Hungaria tidak hanya turun drastis, namun kami akan segera menjadi minoritas di negara sendiri. Kapan hari itu akan datang ketika mereka memutuskan untuk mengganti nama Hungaria? Dan kapan akan kita menangani masalah terbesar negara kita?'
Aksi Novak mengundang pro dan kontra. Kalangan oposisi dan politikus pemerintahan mencoba saling mengungguli dengan gerakan dan dukungan solidaritas terhadap keluarga Rikardo.
Di sisi lain, ada pula warga Hungaria ang sependapat dengan sikap Novak. "Mereka berkembang biak seperti tikus, seperti parasit," kata salah satu warga yang setuju dengan sikap sang wakil ketua Partai Jobbik.
Singkat kata, kelahiran Rikardo seperti mencerminkan sifat rasisme dan anti-rasisme warga Hungaria.
Keluarga Roma
Saya bertemu Rikardo, ibunya Sylvia dan ayahnya Peter di Balai Kota Mako—kota kelahiran Rikardo.
Bangunan tua yang indah tersebut baunya seperti cat baru. Terdapat lantai kayu parket, sejumlah bendera, dan wali kota Mako, Eva Erzsebet Farkas. Seperti setiap tahunnya, ia menjanjikan 100.000 forints (sekitar Rp4,8 juta) kepada orang tua bayi pertama yang lahir di kota itu pada tahun 2015. Ia tidak sadar bagaimana hal itu dapat berdampak pada keluarga ini.
Peter menceritakan kisah hidupnya. Keluarga mereka merupakan keluarga Roma satu-satunya yang tinggal di sebuah desa kecil di pinggiran Mako.
Mereka rukun dengan warga lain, dan sebelumnya tidak pernah mengalami tindakan kebencian atau rasisme. Peter bekerja dalam komunitas masyarakat, dan baru saja mengambil ujian mengemudi untuk menjalankan traktor dan mesin pemanen. Kedua anak gadis mereka masih bersekolah di taman kanak-kanak.
"Saya hanya ingin hidup dengan keluarga saya, tanpa perhatian media," jelasnya. "Makanan yang hangat dan keluarga untuk menyambut setelah pulang kerja."
Sylvia meletakkan Rikardo di pangkuan Peter, si kecil yang menjadi pusat perdebatan nasional. "Tidak ada yang seharusnya dicap atau distigmatisasi ketika baru lahir," katanya.
"Ketika anak saya nanti berumur 18, ia boleh memutuskan apakah ingin diidentifikasi sebagai orang Roma atau tidak. Bukan salahnya bahwa ia lahir beberapa menit setelah tengah malam. Mungkin sebelum ini Hungaria memang rasis, namun kami tidak merasakannya. Kami suka tinggal di kota ini. Semua orang baik terhadap kami. Sekarang bayi ini yang memberikan saya kekuatan untuk menghadapi hal ini," tambahnya.
"Yang membedakan kami dari yang lain hanyalah warna kulit," kata Peter. "Kami memiliki hati dan darah dan jiwa yang sama. Rikardo nanti akan bersekolah dan mempelajari suatu keterampilan, sama seperti anak-anak lain."
Menolak minta maaf
Pasangan tersebut dikejar waktu untuk menjemput putri-putri mereka dan pulang. Saya menawari tumpangan, namun mereka memilih naik bus.
Elod Novak, wakil parlemen, menolak untuk meminta maaf atas komentarnya dan bahkan mengusulkan bahwa Peter seharunya yang meminta maaf kepadanya.
Media sayap kanan masih penuh dengan tuduhan mengenai adanya "ledakan" kelahiran bayi keturunan Roma. Mereka bersikeras bahwa itu merupakan masalah terbesar yang dihadapi Hungaria. Mereka sepertinya tidak sadar bahwa orang Roma juga merupakan warga Hungaria.
Peter, Sylvia dan Rikardo menghilang dalam kesuraman sore Februari tersebut, melewati patung Mihaly Fatyol—pemain biola paling sohor di Hungaria pada era 1920-an hingga 1970-an, yang ironisnya adalah orang Roma.
Anda sedang membaca artikel tentang
Rikardo Racz, bayi yang jadi bahan perdebatan rasisme
Dengan url
http://majalahviaonline.blogspot.com/2015/02/rikardo-racz-bayi-yang-jadi-bahan.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Rikardo Racz, bayi yang jadi bahan perdebatan rasisme
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Rikardo Racz, bayi yang jadi bahan perdebatan rasisme
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar