Pengrajin barongsai Semarang kebanjiran pesanan

Written By Unknown on Senin, 16 Februari 2015 | 17.18

Barongsai

Tahun Baru Cina atau Imlek membawa rejeki bagi para pengrajin barongsai, bahkan di Semarang pembuat peralatan kesenian khas Cina ini kewalahan menerima pesanan setiap tahunnya.

Seorang pekerja tampak sibuk melukis bagian kepala barongsai di sebuah bengkel pengrajin kesenian khas Cina itu di Kota Semarang Jawa Tengah. Dua orang lainnya tengah menata kain sepanjang 20an meter yang ditempelkan pada kepala barongsai.

Di ruangan berukuran sekitar 15 meter persegi itu, tampak kepala-kepala barongsai ditempel di tembok. Ada yang sudah ditutup kain hiasan ataupun jugas masih berupa kerangka yang terbuat dari kayu.

Sutikno (65 tahun), pemilik bengkel ini, mengaku telah menggeluti kesenian barongsai sejak 30 tahun lalu secara turun temurun sejak tiga generasi.

"Saya diajarin oleh orangtua saya, dan dulu awalnya hanya menerima pesanan dari Semarang saja, tetapi beberapa tahun kemudian banyak pesanan datang dari Salatiga, Magelang dan sekarang malah sampai Kalimantan dan Sulawesi," jelas dia.

Di Semarang, selain pembuat barongsai untuk kesenian, ada juga pengrajin barongsai mini yaitu untuk mainan anak-anak. Permintaan barongsai mini pun juga meningkat menjelang imlek.

Awang, seorang pengrajin di Semarang mengaku permintaan bisa meningkat sampai 50%.

"Permintaan tak hanya dari Semarang tapi juga dari daerah lain, dalam satu hari bisa 20 buah barongsai yang kecil," jelas Awang.

Jumlah permintaan barongsai yang diterima Sutikno terus meningkat dari waktu ke waktu, itu terjadi sejak tahun 2000 lalu, atau setelah perayaan imlek secara terbuka kembali diijinkan oleh pemerintahan Presiden Aburrahman Wahid atau Gus Dur.

Sutikno
Sutikno telah menggeluti kerajinan barongsai sejak 30 tahun lalu.

"Jika dibandingkan sebelum tahun 2000, dari sisi permintaan yaitu satu banding lima, jadi ada kenaikan sampai lima kali lipat," jelas Sutikno.

Sutikno menjual barongsai dengan harga sekitar RP 1,5 juta tergantung ukuran dan juga banyaknya jenis pesanan.

"Banyak juga yang pesan satu set untuk kesenian barongsai, dan juga naganya, termasuk juga tambur dan macam-macam itu bisa dijual dengan harga Rp65 juta," jelas dia.

Meski permintaan terus meningkat, Sutikno mengatakan barongsai di Indonesia termasuk ketinggalan jika dibandingkan dengan Malaysia, terutama dari sisi kualitas, karena Indonesia sempat melarang kesenian ini berkembang pada masa Orde Baru.

"Mereka itu lebih bagus dari sisi kualitas, dari bahan yang dipakai sampai dengan keseniannya ya karena didorong oleh pemerintahnya, berbeda dengan kita," jelas Sutikno.

Barongsai
HIasan barongsai dengan bahan bulu domba ini diimpor dari Malaysia dan Singapura.

Menurut Sutikno, para pengrajin di Indonesia belum bisa mengejar ketertinggalan itu, karena teknik pembuatan barongsai dengan bahan yang berkualitas berbeda dengan sintetis.

Sutikno menunjukkan barongsai berwarna kuning dan merah yang disebutnya terbuat dari bulu domba.

"Selain kualitasnya berbeda, itu hiasannya saya juga harus impor dan harganya lebih mahal dibandingkan dengan yang berbulu sintetis."

"Kalau kita kebanyakan sintetis, mereka itu banyak pake bulu domba dan itu mahal dan sulit diperoleh di Indonesia."


Anda sedang membaca artikel tentang

Pengrajin barongsai Semarang kebanjiran pesanan

Dengan url

http://majalahviaonline.blogspot.com/2015/02/pengrajin-barongsai-semarang-kebanjiran.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Pengrajin barongsai Semarang kebanjiran pesanan

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Pengrajin barongsai Semarang kebanjiran pesanan

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger