Jika Anda berpikir bahwa orang-orang difabel tidak bisa mandiri, perempuan asal Klaten bernama Sri Lestari akan mengubah cara pandang Anda.
Pegiat sosial di UCP Roda Kemanusiaan ini lumpuh sejak usia 23 tahun karena mengalami kecelakaan di jalan, tetapi kekurangan itu tidak menghalangi semangat hidupnya yang tinggi.
Dengan sepeda motor yang dimodifikasi, Sri berhasil menempuh perjalanan Jakarta-Bali dan Aceh-Jakarta tahun lalu. Dalam perjalanan itu, dia bertemu dengan banyak orang-orang difabel lain dan mencoba banyak hal baru.
"(Sri) memiliki semangat luar biasa, dia membuktikan bahwa walau kamu difabel bukan berarti kamu tidak bisa melakukan hal yang luar biasa," kata Peter Wall, rekan Sri yang ikut membantunya dalam perjalanan ke Bali.
Hal yang membuat Sri istimewa, kata Peter, bukan perjalanannya saja melainkan juga kemandiriannya.
"Yang paling istimewa adalah kerja dan aktivitasnya sehari-hari. Dia mengemudi motor tiap hari selama 45 menit dari rumahnya dan memiliki pengaruh yang besar terhadap orang-orang difabel di sekitarnya."
Pada Selasa (20/01) lalu, Sri Lestari berkesempatan menjawab beberapa pertanyaan yang Anda berikan di laman Facebook BBC Indonesia. Berikut petikan wawancaranya:
Is Mee: Siapakah sebenarnya Ibu Sri?
Sri Lestari: Saya saat ini adalah pekerja sosial di UCP Roda Kemanusiaan. Tugas saya mendata teman-teman yang membutuhkan alat bantu, khususnya kursi roda. Kami juga bekerja sama dengan pemerintah setempat. Misalnya, ada layanan di Cilacap, kami bekerja sama dengan pemerintah Cilacap, lalu dinas sosial mendata siapa saja yang membutuhkan, dan saya yang bertugas melakukan wawancara secara sosialnya. Kalau Sabtu dan Minggu saya bertemu teman-teman yang belum bisa keluar rumah. Saya berkunjung dan bertemu dengan keluarganya. Dengan kunjungan ini, kawan difabel dan keluarganya jadi termotivasi.
Dwi Cahyo Prakoso: Apa motivasi Ibu Sri melakukan perjalanan itu?
Sri Lestari: Motivasinya adalah saya ingin difabel yang di rumah bisa mandiri dalam kegiatan sehari-hari. Dengan mandiri itu mereka juga akan punya mimpi untuk keluar rumah. Di Kebumen, misalnya, saya bertemu dengan teman-teman kursi roda yang 20 tahun hanya di rumah saja. Saya memotivasi mereka bahwa kita itu juga kesempatan yang sama, punya hak yang sama dengan masyarakat pada umumnya.
Faundra Zaki: Ibu boleh bertanya, saat ini kaum difabel sering terabaikan seperti dalam bersosial dan bermasyarakat oleh orang normal. Di beberapa daerah saya sering melihat orang difabel diabaikan dan sering direndahkan. Pertanyaan saya, bagaimana Ibu bisa menumpas pikiran negatif orang terhadap orang difabel?
Sri Lestari: Saya mengalami banyak pengalaman di mana banyak orang memandang rendah saya, tetapi saya membuktikan kalau kaum difabel itu tidak selalu meminta-minta. Saya menunjukkan pada masyarakat, saya juga bisa bekerja dan aktif seperti yang lai. Saya yakin yang membedakan saya dengan orang banyak adalah cara saya bergerak, kalau saya pakai kursi roda, yang lain menggunakan kakinya. Semakin saya keluar, semakin menguatkan saya sendiri dan menunjukan kepada masyarakat kalau difabel juga bisa berkreasi.
Budiawan: Apa harapan ibu Sri kepada orang-orang yang normal dalam memperlakukan ataupun melihat para difabel?
Sri Lestari: Harapan kami, berikan kami kesempatan, jangan dianggap sebelah mata. Lebih baik kalau melihat kami, kalau penasaran, bertanyalah. Jangan langsung menghakimi dan jangan berpikir negatif. Tapi saya yakin, semakin banyak kaum difabel yang ke luar rumah itu secara tidak langsung membuka pikiran masyarakat juga.
Anda sedang membaca artikel tentang
#TrenSosial: Sri Lestari, pejuang kesetaraan bagi kaum difabel
Dengan url
http://majalahviaonline.blogspot.com/2015/01/trensosial-sri-lestari-pejuang.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
#TrenSosial: Sri Lestari, pejuang kesetaraan bagi kaum difabel
namun jangan lupa untuk meletakkan link
#TrenSosial: Sri Lestari, pejuang kesetaraan bagi kaum difabel
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar