Acara realita: Ketika pengebom bertemu keluarga korbannya

Written By Unknown on Selasa, 20 Januari 2015 | 17.18

Ahmad Hassan, presenter acara In The Grip of Law, mengatakan acara tersebut ditonton sekitar 10 juta orang.

Sebuah kru televisi, seorang pengawal keamanan, dan dua narapidana berjalan melalui Karrada, kawasan di daerah Kota Baghdad yang baru-baru ini menjadi lokasi terjadinya serangan.

Penduduk sekitar yang berdiri di balkon meneriaki konvoi tersebut.

Para narapidana tersebut dibawa ke Karrada untuk merekonstruksi tindakan kriminal mereka di depan kamera untuk acara televisi mingguan berjudul In The Grip Of The Law, yang diproduksi stasiun televisi milik pemerintah Iraqiya TV dengan Kementerian Dalam Negeri Irak.

Keluarga para korban mendekati kelompok tersebut dan bergantian mencaci-maki para narapidana, yang berdiam diri. Bila mereka berdiri terlalu dekat, seorang polisi menarik mereka mundur.

Program televisi ini menampilkan wawancara dengan tahanan seperti Abu Jassem, yang ditahan karena keterlibatannya membantu serangan yang dilakukan oleh kelompok milisi Negara Islam atau ISIS.

Ia terlihat gugup dan terus menunduk sembari menjelaskan perannya. Menjelang akhir wawancara tersebut, ia ditanya apakah menyesali hal tersebut.

"Iya, pak," kata Abu Jassem lirih. Si pewawancara belum puas dengan jawaban tersebut. "Saya bersumpah Anda telah meyakinkan saya," serunya.

Wawancara tersebut penuh dengan detail kejadian, namun tidak menggali pemahaman dan daya tarik dari IS.

Saya bertanya kepada Ahmad Hassan, presenter acara tersebut, mengenai pendapatnya terhadap mereka yang diwawancara.

"Mereka yang di lapangan sangat naif, wawasan dan pengetahuan mereka sangat terbatas," kata Hassan. "Ketika berada dalam penjara, mereka merenungi korban yang tewas karena tindakan mereka dan merasa ditelantarkan oleh ISIS. Mereka terguncang oleh kenyataan."

Hassan mengatakan bahwa acaranya ditonton oleh tidak kurang dari 10 juta pemirsa. Acara tersebut tampak sangat populer di kalangan Syiah mengingat daerah mereka, seperti Karrada, sering diserang.

"Program ini bagus, namun mereka seharusnya mengeksekusi para teroris di tempat kejadian atau menyerahkannya kepada keluarga korban," kata Ammar, pemilik restoran yang rusak karena serangan belum lama ini. "Mereka yang paling dirugikan."

Narapidana kasus pengeboman, Abu Jassem, memaparkan kisahnya dalam acara televisi.

Di daerah komunitas Sunni, acara tersebut ditonton dengan kecurigaan.

"Menurut saya semua ini dikarang," kata seorang lelaki, yang tidak ingin namanya disebut, di kawasan Adhamiya di Baghdad. "Beberapa orang yang bermasalah dengan polisi, dituduh melakukan tindakan terorisme lalu mengaku membunuh. Hal itu pernah terjadi kepada kerabat kami."

Ia berpendapat bahwa para narapidana yang tampil di acara tersebut sebetulnya tidak bersangkutan dengan serangan dan bukan merupakan anggota ISIS

"Anggota ISIS bertempur dan bertatapan dengan korban mereka. Bila mereka ditangkap, pasti akan langsung dibunuh dan tidak dibawa ke pengadilan," katanya. "Pengadilan adalah bagi mereka yang tidak bersalah."

Acara televisi tersebut menimbulkan reaksi yang bertentangan. Invasi Amerika Serikat di Irak pada tahun 2003 memiliki dampak yang berbeda-beda bagi penduduk Irak. Warga Sunni menderita karena ditindas pemerintah, sedangkan warga Syiah menjadi korban serangan di daerah sipil.

Para narapidana dibawa ke tempat mereka melakukan pengeboman dan menghadapi para keluarga korban.

Acara televisi ini tampaknya tidak membahas perbedaan persepsi ini namun lebih berfokus terhadap tujuan pemerintah.

Selain meyakinkan pemirsa bahwa aparat keamanan sedang melakukan tugas mereka dengan baik,tujuan acara ini menurut Hassan adalah, "Untuk memberikan bimbingan kepada pasukan keamanan, yang dapat mempelajari trik yang digunakan oleh teroris; untuk mengisyaratkan kepada pengadilan agar mempercepat proses hukum; dan agar siapapun yang berencana bertindak kriminal berpikir ulang sebelum melakukan tindakan tersebut."

Program tersebut tampak mengulang-ulang pesan kemenangan atas ISIS, terkadang dengan gamblang. Namun hampir satu dekade setelah kelahiran ISIS di Irak, situasi di negara tersebut menunjukkan bahwa tidak ada yang dapat dihindari.


Anda sedang membaca artikel tentang

Acara realita: Ketika pengebom bertemu keluarga korbannya

Dengan url

http://majalahviaonline.blogspot.com/2015/01/acara-realita-ketika-pengebom-bertemu.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Acara realita: Ketika pengebom bertemu keluarga korbannya

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Acara realita: Ketika pengebom bertemu keluarga korbannya

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger