Kisah relawan tangani penderita Ebola

Written By Unknown on Sabtu, 20 September 2014 | 17.18

Ratusan pekerja kemanusiaan berada di Afrika Barat untuk merawat orang yang mengalami Ebola. Salah satu dari mereka adalah Cokie van der Velde yang baru saja kembali ke Inggris dari Liberia. Dia menceritakan mengapa dia meninggalkan rumahnya yang nyaman untuk menghadapi virus yang mematikan itu.

Saya berada di Liberia lima pekan yang lalu, dan saya yakin situasinya lebih buruk. Ketika saya berada disana ruangan kamar di pusat kesehatan kami telah penuh dan kami berupaya untuk merawat orang-orang di koridor.

Di pusat perawatan, orang-orang merintih dan menangis - bau amis darah, diare dan muntah sangat mengerikan- bahkan bau mayat pun tercium yang dapat membuat Anda merasa sakit setiap saat.

Saya bertanggung jawab untuk mengontrol infeksi yang berarti bahwa pekerjaan pertama saya adalah memastikan keselamatan orang-orang yang bekerja dengan saya dan saya sendiri. Kami harus menggunakan pakaian plastik, kemudian dua atau tiga pasang sarung tangan, pakaian tahan air dan sebuah penutup kepala, masker, kacamata pelindung dan sebuah celemek besar.

Perlengkapan yang kami kenakan sangat panas dan lembab, ketika pakaian plastik ini dibuka, keringat kami akan tampak seperti orang yang baru saja diguyur air.

Saya berupaya untuk berkeliling menemui pasien dan membantu mereka seperti memberikan air minum. Saya membersihkan mereka dan berupaya untuk memberikan sejumlah kontak fisik kepada setiap orang karena tak satu orangpun yang melakukannya, tak ada orang lain yang berada di dekat mereka selama beberapa hari. Mereka pasti sangat kesepian dan ketakutan.

Cokie van der Velde

Cokie van der Velde juga membantu pasien Ebola di Guinea pada awal tahun ini

Jika kami kedatangan pasien anak-anak, kami akan memberikan mainan dan menyempatkan waktu bermain dengan mereka selama beberapa saat.

Kemudian, kami juga membantu memindahkan tubuh pasien yang telah meninggal. Kami menyimpannya dalam kantung mayat, kami menuliskan nama pada kantung tersebut dan memindahkannya ke ruang jenazah.

Jika keluarga mereka ingin datang dan melihat jenazah dan mengucapkan selamat jalan, kami mengatur letak jenazah, menaruh bunga di sekitar kantong mayat dan jika itu jenazah anak-anak kami menaruh mainan di dekatnya.

Tetapi kami tak mengijinkan kerabat mereka menyentuh jenazah - mereka hanya dibolehkan untuk melihatnya. Peristiwa yang sangat menyedihkan.

Saya merasa takut, saya tak dapat membantahnya.

Selalu ada elemen risiko ketika saya bekerja untuk MSF - tetapi saya telah melakukan pekerjaan ini selama 12 tahun, dan bagi saya ini merupakan tantangan.


Anda sedang membaca artikel tentang

Kisah relawan tangani penderita Ebola

Dengan url

http://majalahviaonline.blogspot.com/2014/09/kisah-relawan-tangani-penderita-ebola.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Kisah relawan tangani penderita Ebola

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Kisah relawan tangani penderita Ebola

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger