Benarkah seni percakapan telah 'dibunuh' oleh ponsel?
Banyak komentator sosial yang mengatakan bahwa seni percakapan sudah hilang karena orang lebih suka menggunakan email, teks dan tweet untuk berkomunikasi. Namun wartawan BBC Stephen Smith melaporkan banyak pendukung tradisi lisan berusaha menghidupkan kembali seni percakapan.
Bisakah kita berbicara? Itu adalah undangan untuk bergosip.
Tapi hal itu bukan lagi pertanyaan retorik. "Bisakah kita berbicara?" telah menjadi salah satu isu paling mendesak secara sosial, budaya bahkan filosofi bagi beberapa komentator sosial.
Orang seperti ahli psikologi dan professor Sherry Turkle memperingatkan bahaya hilangnya kekuatan lisan seperti yang dulu diketahui.
Mereka menunjukkan menjamurnya interaksi digital, melalui email, teks, tweet dan aplikasi lain yang menggantikan percakapan.
Beberapa perusahaan telepon seluler melaporkan bahwa banyak pelanggan tidak lagi menggunakan fasilitas "menit gratis" tapi kini mereka lebih banyak meminta fasilitas mengirim teks dan jasa online.
Dengan kata lain, kita telah tiba di posisi luar biasa dimana kita memiliki lebih banyak percakapan digital dibandingkan percakapan "asli.
"Saya bertanya apa yang terjadi dengan percakapan," kata Profesor Turkle dari Massachusetts Institute of Technology, yang selama ini menyelidki bagaimana ponsel pintar membuat masyarakat menjadi bisu.
"Dan mereka mengatakan, yang salah dengan percakapan adalah karena hal itu terjadi secara langsung dan Anda tidak bisa mengontrol apa yang ingin Anda katakan."
Anda sedang membaca artikel tentang
Menghidupkan kembali seni percakapan
Dengan url
http://majalahviaonline.blogspot.com/2014/07/menghidupkan-kembali-seni-percakapan.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Menghidupkan kembali seni percakapan
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Menghidupkan kembali seni percakapan
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar